Jumat, 30 Maret 2012

Zikir Versus Irwandi (Kejahatan Vs Kebaikan)


Berbagai aksi kekerasan jelang hari H Pemilukada Aceh, 9 April 2012, diduga akibat perseteruan dua kubu kandidat. Zikir versus Irwandi. Haruskah nyawa melayang dan peluru kembali berdesing? Rizki Adhar dan Juli Saidi
ADA yang menarik dari acara teleconference antara anggota DPD-RI dengan Kapolda Aceh Irjen Pol. Iskandar Hasan dan Pangdam Iskandar Muda, Mayjen TNI Adi Mulyono, Rabu, 21 Maret lalu di Mapolda Aceh, Banda Aceh. Simak saja, Pangdam Iskandar Muda, Mayjen Adi Mulyono dengan lugas mengungkapkan. Kerusuhan yang terjadi menjelang Pilkada Aceh akhir-akhir ini, hanya melibatkan dua kubu. Yaitu, kubu Irwandi dan kubu Zaini Abdullah-Muzakir Manaf (ZIKIR). Kata Pangdam, itu disebabkan mereka sebelumnya berada dalam satu badan. Adi Mulyono juga menyatakan, sejak pertama dia bertugas sebagai Pangdam sekitar bulan Oktober 2010 lalu, pihaknya sudah merubah pola pendekatan dengan
masyarakat. “Sekarang kami lebih banyak senyum, sehingga masyarakat sudah menerima kami dengan tangan terbuka,” ujar Pangdam. Menurutnya, tanpa pendekatan yang represif, masyarakat dengan suka rela telah menyerahkan 249 pucuk senjata berbagai jenis dan puluhan ribu amunisi, serta ada 42 bangunan Koramil dan tiga Kodim yang merupakan hasil swadaya dari masyarakat. “Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah jenuh dengan situasi konflik, mereka hanya menginginkan rasa aman,” ujarnya. “Jelang Pilkada ini, kami juga telah melakukan gelar pasukan sebanyak 1200 personil ke seluruh Aceh, yang kami tempatkan di lokasi-lokasi transmigrasi dan lokasi-lokasi yang kami anggap rentan konflik,” tambah Adi Mulyono. “Bahkan prediksi kami, jika salah satu dari mereka kalah maka akan terjadi kerusuhan. Tapi kita berharap hal itu tidak
terjadi, karena selama ini kita sedang melakukan pendekatan-pendekatan kepada pihak mereka, apalagi beberapa waktu lalu mereka telah ikut dalam deklarasi pemilukada damai di Mesjid Raya,” ujarnya.
Syahdan, sejak gendang Pemilukada Aceh ditabuh, berbagai aksi kekerasan muncul. Mulai dari pembakaran baliho, pembakaran mobil tim sukses (timses) hingga penganiayaan pisik. Itu dialami anggota timses dari dua kubu kandidat. Tapi, yang paling banyak menerima apes adalah timses Irwandi Yusuf-Muhyan Yunan.
Seperti yang terjadi, Kamis, 22 Maret 2012 lalu misalnya. Rombongan Timses A Seuramoe Irwandi-Muhyan yang terdiri dari 12 personil dengan mengendarai empat mobil berangkat dari Lhokseumawe menuju Desa Meunasah Dayah, Kecamatan Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara. Tujuannya,  untuk membuka posko baru.
Malam itu, rencananya, Timses Irwandi- Muhyan memang tidak akan membuka posko baru, karena akan dibuka keesokan harinya, Jum’at, 23 Maret 2012. Nah, sekitar pukul 00.00 WIB tengah malam, Jum’at, 23 Maret 2012. Timses Seuramoe memasang spanduk di depan posko barunya. Sebelumnya tidak ada or-
ang Partai Aceh di sana. Beberapa menit kemudian tiba-tiba sebuah mobil Avanza berhenti di depan Seuramoe. Dari dalam mobil tersebut keluar beberapa orang mengeluarkan bendera Partai Aceh untuk di-
pasang, persis di depan posko SeuramoeIrwandi-Muhyan yang baru tadi. Ketika orang tersebut memasang bendera PA, pihak Seuramo mengatakan. “Ini kantor baru Seuramoe. Kami tidak memasang bendera, yang kami pasang spanduk. Jika memasang bendera silahkan disamping kantor.” Tidak lama kemudian sekitar pukul 01.30 WIB dini hari iring-iringan konvoi Satgas Partai Aceh dengan mengendarai sedikitnya 35 mobil berhenti di depan Posko Seuramoe. Mereka keluar dari mobil dan menghampiri Timses Irwandi yang
sedang memasang spanduk. Salah seorang dari Satgas PA tersebut yang dijuluki sebagai Kombet membuka
baretnya dan bertanya kepada Timses Irwandi-Muhyan. “Soe yang han bie peu ek bendera kamoe? (siapa yang melarangbendera kami dipasang).” Belum sempat dijawab Timses Irwandi-Muhyan, salah satu dari Timses Irwandi tersebut dipukul. Kemudian Kombet kembali bertanya dengan nada keras dan menantang. “Ka turi lon? (kau kenal siapa aku?),” tanya kombet kepada Timses Irwandi-Muhyan. Salah satu Timses Seuramoe, Muzakir (32) menjawab. “Lon ku turi droe neuh, kombet ken [saya tahu siapa Anda, kombet
kan],” jawab Muzakir Timses Seuramoe Irwandi-Muhyan. Lalu kombet dengan berang kembali berucap kepada Muzakir. “That jai kah ka peu ek spanduk Seuramoe [sudah cukup banyak kau pasang spanduk
Seuramoe].” Ucapnya sambil menghantam tangan kiri Muzakir dengan HT [Handy Talkie]. Belum hilang lagi rasa sakit tangan bagian kirinya, ratusan anggota Satgas PA lainnya memukul Muzakir dan kedua rekannya Zulfikar serta Iskandar. Sementara sembilan  Timses Seuramoe lainnya yang berada di lokasi kejadian hanya
bisa melihat tanpa berani berkutik karena lawan yang tidak berimbang. Hanya 12 orang melawan seratus lebih Satgas Partai Aceh. Di antara kesembilan Timses Seuramoe yang tidak berani melawan tersebut, salah seorang diantaranya, Martunis [20] yang tubuhnya memang cacat fisik. Dia memilih bersembunyi di belakang
baliho yang bergambarkan Irwandi-Muhyan dengan mengenakan pakaian adat tersenyum sumringah seakan ikut menertawakan keluguan dan ketakutan Martunis pada saat itu. Bahkan ketika dia bersama
rombongan lainnya kembali ke Lhokseumawe, Martunis masih trauma jika melihat atribut Partai Aceh.
Saat pengeroyokan tersebut terjadi, Muzakir berusaha melakukan perlawanan dengan merangkul salah
seorang Satgas PA, lalu dari bagian belakang salah seorang Satgas meni-kam punggung Muzakir dengan se-bilah sangkur tajam sehingga saat itu juga tubuh Muzakir bersimbah darah sementara handphone milik Muzakir yang digenggamnya dirampas Satgas PA. Setelah ditusuk dari belakang Muzakir segera melompat ke arah rawa-rawa yang tak jauh dari lokasi kejadian untuk menyelamatkan diri. Sementara kedua rekan Muzakir, yaitu Zulfikar [23] remuk dikeroyok Satgas PA sedangkan Iskandar [59] salah satu korban yang paling tua dalam rombongan Timses Seuramoe Irwandi-Muhyan pingsan di lokasi kejadian perkara. Saat dalam keadaan pingsan tersebut tubuh dan kepala Iskandar ditendang dan diin-jak-injak dengan sepatu PDL milik Satgas PA tersebut. Setelah puas menghakimi secara brutal, Satgas PA mengakhiri per-lakuan bar-barnya dengan menusuk sebuah roda ban mobil Timses Seuramoe Irwandi-Muhyan hingga pecah dan menendang badan mobil itu. Saat ini, karena dianggap keamanan di rumah sakit kurang. Meski dalam keadaan kurang sehat, Muzakir [32] dan Zulfikar [23] korban pemukulan dan penikaman yang dilakukan Satgas Partai Aceh memi-lih untuk segera pulang ke Seuramoe Ir-wandi-Muhyan, persis di samping Wisma
Selat Malaka, Jalan Medan-Banda Aceh. Seorang lagi Iskandar [59] yang juga salah satu Timses Irwandi-Muhyan hingga kini, Sabtu, 24 Maret 2012 masih terbaring le-mas di Rumah Sakit Kesrem Lhokseu-mawe.
Juru Bicara Partai Aceh Wilayah Aceh Utara, Nasrullah Dahlawi kepada media Pers menjelaskan, penyerangan itu terjadi setelah sejumlah anggota tim pemenangan Irwandi lebih dulu mencabut atribut Partai
Aceh. ”Yang pasti ada yang lebih dulu mencabut atribut Partai Aceh di kawasan itu,” kata Nasrullah, Jum’at, 23 Maret 2012. Menurut Nasrullah, penyerangan itu kemungkinan dilakukan oleh simpatisan Partai Aceh yang baru kembali dari maulid di Kecamatan Tanah Jambo Aye. Mereka mendengar ada simpatisan kandidat lain yang mencabut atribut Partai Aceh. Tapi, pernyataan Nasrullah dibantah Ketua Tim Advokasi Seuramoe Irwandi-Muhyan Wilayah Aceh Utara, Habibilah, Jum’at, 23 Maret 2012. Kepada media pers dia mengatakan. “Kami telah datang terlebih dahulu daripada orang Partai Aceh untuk membuka posko baru. Kami juga tidak mencabut atribut Partai Aceh, itu fit-nah,” kata Habibilah. Dia juga mengomentari ucapan Nas-rullah yang mengatakan penyerangan di-lakukan oleh simpatisan Partai Aceh. “Penyerangan sudah jelas-jelas dilakukoleh Satgas Partai Aceh lengkap dengan baret, atribut dan mobil yang digunakan bergambar Partai Aceh apapula simpatisan Partai Aceh?” kata Habibilah kesal Kapolres Aceh Utara AKBP
Farid BE mengaku sedang menangani kasus pengeroyokan tersebut. “Kami sedang memeriksa sejumlah saksi yang berada di lokasi dan sedang menunggu visum,” kata Farid singkat padat dan jelas. Hanya itukah? Tunggu dulu. Tim Seuramoe Irwandi juga menyebutkan. Anggota tim sukses mereka dihambat oleh oknum
pendukung salah satu kandidat gubernur di Desa Pulo Naleung Kecamatan Peusangan Bireuen. Jumat, 23 Maret 2012. Staf Humas Tim Seuramoe Irwandi-Muhyan, Oki Rahmatna Tiba dalam siaran persnya men-
gungkapkan. Berdasarkan laporan yang diterima pihaknya, oknum tim sukses pasangan  Zikir
dari Partai Aceh menolak dan melarang pemasangan spanduk pasangan Irwandi Yusuf-Muhyan di kawasan desa itu. Menurut Oki, untuk menghindari bentrokan fisik yang berkelanjutan, dan berdasarkan laporan masyarakat terhadap keributan tersebut, anggota Polsek Peusangan dan anggota polisi dari Mapolres Bireuen sudah berada di lokasi. Selain itu, tim Seuramoe menyebutkan, pendukung Partai Aceh juga merusak empat mobil Tim Seuramoe Irwandi di Desa Balee Setui, Kecamatan Peusangan, dan pembakaran satu unit sepeda motor serta pengrusakan Kantor Seuramoe Irwandi-Muhyan di Desa Linggoeng, Kecamatan Jangka Bireuen.
Juru Bicara Komite Peralihan Aceh (KPA) Pusat, Muklis Abee seperti diwartakan situs The acehtraffic.com menjelaskan. Pelarangan pemasangan spanduk tersebut, dikarenakan Tim Sukses Irwandi –Muhyan hendak memasang spanduk di tempat yang sama dengan spanduk pasangan dari Partai Aceh  Zaini –Muzakkir. “Karena tidak mau didengar makanya dikejar oleh “masyarakat” pendukung Zaini Muzakir,” ujar Muklis Abe. Dia menjelaskan, yang melakukan itu adalah pendukung Partai Aceh, bukan anggota Partai Aceh. “Begitu yang saya terima laporan (meunan yang lon terimong laporan). Tapi saya tidak begitu tahu juga karena saya tidak ada ditempat kejadian, karena saya sedang konvoi menuju Langsa,” ujar Muklis Abee. Nah, lepas dari upaya Polres Aceh Utara untuk menyidik kasus ini. Agaknya, pernyataan Pangdam IM, Mayjen TNI Adi
Mulyono, terkait perseteruan dua kubu kandidat calon Gubernur Aceh, Zikir versus Irwandi, kian
mendekati kebenaran.*

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan anda berkomentar di bawah ini untuk kemajuan Bm2a Aceh Barat, Terima Kasih :